Wednesday, April 28, 2010

Penyakit Jantung Rematik


oleh: dr. Tengku Winda Ardini

Penyakit jantung rematik (PJR) adalah penyakit jantung sebagai akibat adanya gejala sisa (sekuele) dari demam rematik (DR), yang ditandai dengan terjadinya cacat katup jantung. Tahukah anda bahwa DR dan penyakit jantung rematik PJR masih merupakan masalah kesehatan yang penting di negara berkembang, termasuk Indonesia. Demam reumatik merupakan penyebab utama penyakit jantung didapat pada usia anak 5 tahun sampai usia dewasa muda di negara berkembang dengan keadaan sosial ekonomi rendah. Prevalens PJR di Indonesia diperkirakan sebesar 0,3-0,8 per 1000 anak berusia 5-15 tahun berdasarkan data terakhir tahun 1981-1990.




DR dan PJR merupakan adalah suatu sindroma klinik penyakit akibat infeksi kuman Streptokokus beta hemolitikus grup A pada tenggorokan yang terjadi secara akut ataupun berulang. Dalam penegakan diagnosa DR dan PJR menggunakan kriteria tertentu berdasarkan revisi kriteria Jones pada tahun 2002-2003 oleh WHO. Penyakit ini mengenai banyak sistem terutama jantung, sendi, otak dan jaringan kulit.

Gejala awal DR dapat berupa demam dan infeksi tenggorokan yang berulang, Gejala pada tahap lanjut dapat berupa sesak nafas, rasa tidak nyaman di dada, nyeri dada, edema (bengkak), batuk atau ortopneu (sesak pada saat berbaring). Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukannya bising jantung. Gejala klinis diluar jantung dapat berupa poliartritis (peradangan pada banyak sendi), khorea sydenham (gerakan yang tidak terkoordinasi, tidak bertujuan dan emosi labil), erithema marginatum (ruam yang tidak gatal, makuler dengan tepi kemerahan), nodul subkutan (benjolan pada sendi), dan beberapa gejala sistemik lainnya.


Diagnosa PJR sebaiknya dengan ekokardiografi, baik untuk menilai kualitas katup, penyakit katup yang mendasari, fungsi dan anatomi jantung lainnya, serta menilai komplikasi yang dapat memperberat penyakit tersebut ataupun dapat menimbulkan penyakit lain (mis. Stroke). Penilaian ekokadiografi juga bermakna untuk menentukan penatalaksanaan selanjutnya terhadap penyakit tersebut.


Penatalaksanaan DR aktif atau reaktifasi kembali adalah tirah baring, eradikasi kuman, dan anti peradangan. Penatlaksanaan pada katup yang mengalami cacat dapat berupa konservatif, intervensi minimal maupun operatif.


Pencegahan merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam penatalaksanaan PJR dengan menggunakan antibiotik profilaksis sesuai dengan panduan yang berlaku. Pencegahan dilakukan baik untuk mencegah reaktivasi atau berulangnya kembali infeksi kuman Streptokokus, maupun mencegah endokarditis infektif.

No comments:

Post a Comment